JAMBIONE.COM- Pernikahan adalah momen suci yang merayakan cinta dan persatuan dua individu. Namun, di berbagai belahan dunia, ritual-ritual menjelang pernikahan yang penuh kontroversi telah memicu perdebatan panas di antara masyarakat. Berikut adalah beberapa ritual yang telah memicu kontroversi di beberapa negara.
1. India: Praktik Dasi Satra dan Kanya Bhoj
Dalam beberapa wilayah di India, masih terdapat praktik "dasi satra," di mana calon pengantin perempuan diharuskan untuk menjadi pelacur selama beberapa hari sebelum menikah. Ini sebagai bentuk "penghormatan" kepada dewa lokal. Selain itu, ada juga praktik "kanya bhoj," di mana calon pengantin perempuan makan terakhir setelah semua orang dalam acara makan bersama. Kedua praktik ini telah memicu kemarahan aktivis hak perempuan yang mendesak agar praktik-praktik ini segera dihapuskan.
2. Sudan: Sunat Pernikahan pada Calon Pengantin Perempuan
Di Sudan, masih ada tradisi sunat pernikahan yang dilakukan pada calon pengantin perempuan sebelum hari pernikahan. Praktik ini telah dipandang sebagai bentuk mutilasi genital perempuan dan telah memicu kontroversi di tingkat internasional. Aktivis hak asasi manusia dan organisasi kesehatan global telah bersuara keras menentang praktik ini, menyebutnya sebagai pelanggaran hak perempuan.
3. Yaman: Perkawinan Anak dan Praktik "Jibka"
Pernikahan anak di bawah umur masih menjadi masalah serius di beberapa bagian Yaman. Praktik "jibka" adalah tradisi di mana calon pengantin perempuan sangat muda dipaksa untuk menanggalkan gigi susu mereka sebelum menikah. Praktik ini telah dikritik oleh organisasi hak anak dan perempuan karena mengancam kesehatan dan hak-hak anak perempuan.
4. Papua Nugini: "Bride Price" dan Kekerasan dalam Pernikahan
Di Papua Nugini, praktik "bride price" masih umum, di mana keluarga pengantin pria membayar sejumlah uang atau barang kepada keluarga pengantin perempuan sebagai "harga" untuk menikahi putri mereka. Namun, praktik ini telah dikaitkan dengan peningkatan kekerasan dalam rumah tangga dan eksploitasi perempuan. Aktivis hak perempuan berjuang untuk mengatasi dampak negatif dari praktik ini.
Meskipun berbagai budaya memiliki tradisi dan ritual yang unik, beberapa di antaranya tetap memicu kontroversi dan perdebatan global tentang hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Masyarakat di seluruh dunia berusaha untuk menghadapi tantangan ini dengan harapan bahwa pernikahan dapat merayakan cinta dan persatuan tanpa mengorbankan hak-hak dasar individu.(*)
Artikel Terkait
Gubernur Apresiasi Tim Ekspedisi Merah Putih Atap Sumatera, Kibarkan Merah Putih di Puncak Gunung Kerinci
Berikut Nama-nama Anggota Bawaslu 11 Kabupaten Kota Terpilih
Perayaan HUT RI Berakhir Duka, Warga Tamiai Meninggal Dunia Usai Lomba Balap Karung